Di dalam dunia literasi ada banyak sekali jenis cerita dengan ciri khasnya sendiri. Bahkan klasifikasi tersebut dapat membuahkan sebuah kumpulan cerita dengan kesannya sendiri. Sebut saja cerita jenaka, yang memiliki suatu nilai tersendiri. Lantas sebenarnya apa pengertian cerita jenaka? Untuk informasi lebih lengkap, cek ulasan berikut ini.
Pengertian Dari Sebuah Cerita Jenaka
Sebenarnya apa jenis cerita ini? Mengapa namanya sering muncul di dunia sastra atau literatur? Secara gamblang, Anda bisa menyebut cerita ini sebagai suatu bacaan atau hiburan dengan unsur humor serta kelucuan humor di dalamnya. Dalam artian lain, jalur ceritanya sendiri disusun sedemikian rupa untuk menghasilkan gelak tawa, lucu, dan kocak.
Bahkan dalam representasi tertentu, cerita ini kerap muncul dengan dasar sifat manusia yang cenderung melebih lebihkan. Kebodohan dan juga tingkah manusia yang muncul memberikan banyak kesan unik. Yang mana tak jarang meleburkan kesan kebodohan dan juga kecerdasan manusia itu sendiri. Bahkan tak jarang memiliki unsur sindiran dan perbandingan.
Apakah harus manusia? Tidak, dalam beberapa konteks cerita ini pun hadir dalam perwujudan binatang atau fabel. Meski demikian, alur cerita dan juga gambarannya masih mengarah untuk menghasilkan rasa gembira. Tak jarang, model cerita ini pun masuk di dalam klasifikasi cerita rakyat yang terus turun temurun dari satu generasi ke generasi lainnya.
Tujuan Akan Penulisan Cerita Yang Jenaka
Seperti yang telah dijelaskan dari pengertiannya, tujuan dari jenis cerita ini pun cukup jelas yakni untuk memberikan hiburan pembaca. Guyonan, kelucuan, sindiran, bahkan tingkah yang digambarkan memiliki tujuan sebagai pembangkit tawa. Meski untuk hiburan, tak jarang cerita ini pun diikuti dengan lapisan informasi yang cukup mendidik untuk seluruh kalangan umur.
Ciri Ciri Atau Karakter Cerita
Jika diambil dari pengertian cerita jenaka, bisa dikatakan bahwa jenis cerita ini memiliki ciri khas khusus yang menggambarkan fungsi dan isinya. Dengan tujuan menghibur, menyindir, atau memberi petunjuk tersendiri, salah satu ciri yang begitu dominan adalah unsur penggambaran tabiat manusia. Dalam artian lain, pemikiran manusia dibuat sebagai bahan humor.
Hal ini bukan lagi hal baru karena baik kebodohan atau kecerdasan manusia bisa menjadi suatu cerita yang cukup menghibur. Dalam penulisannya pun, bahan cerita yang digunakan bisa mencakup kehidupan masyarakat sehari hari. Tidak hanya itu, setidaknya aktivitas sehari hari tersebut memusatkan alur cerita pada kelakuan tokoh atau pelaku.
Unsur kelucuan ini sendiri dapat muncul dari kategori watak karakter, yakni bodoh dan sial, pintar dan bodoh, atau watak pintar. Tingkah dan watak itulah yang menjadi sorotan dari cerita yang mana menjadi gelak tawa. Dalam penulisan tertentu cerita jenaka ini pun memiliki fungsi yang lebih dalam, layaknya kritik sosial dan sindiran kepada pemerintah.
Dengan segala ciri dan juga penjelasan tersebut, Indonesia memiliki banyak sekali contoh cerita jenaka yang dapat ditemukan. Beberapa cerita klasik adalah Abu Nawas, yang menceritakan seorang yang cerdik, penuh ilmu, dan berakal. Tingkahnya yang cerdas justru menarik gelak tawa karena mampu menyelesaikan masalah dengan pola pikir di luar nalar.
Jika melihat dari ulasan tersebut, bisa dikatakan bahwa sebenarnya jenis cerita ini sudah cukup meluas dan menyebar di masyarakat. Bahkan, konsepnya pun mulai dikembangkan dan mengikuti perkembangan jaman. Hal ini tak terlepas dari sifat cerita yang terus mengikuti zaman dan tren di dalam lingkup masyarakat untuk menjadi suatu media penghibur.